Belanja penuh Diskon bersama Dskon.com

Duet McDonalds Dan FourSquare
Salah satu cara mengembangkan usaha adalah dengan penggabungan usaha, baik untuk melakukan produksi maupun untuk menunjang usahanya. Seperti yang dilakukan perusahaan besar Mc. Donalds yang bermitra dengan Foursquere untuk kampanye usahanya dengan media social yang efisiensi .
Media sosial kini mulai banyak digunakan perusahaan sebagai bagian dari kampanye komersial mereka. Banyak yang berhasil, tapi ada juga yang tidak. Contoh perusahaan yang cukup sukses menggandeng media sosial berbasis lokasi adalah McDonalds.
Bermitra dengan Foursquare, perusahaan fast food skala raksasa tersebut terbukti berhasil meningkatkan penjualan mereka. Dalam sehari tercatat pengunjung McDonalds meningkat sebanyak 33 persen secara global.
Dilansir dari Econsultancy, Senin (20/9/2010), McDonalds dilaporkan telah mengubah model kampanye komersial terbaru mereka, dengan memanfaatkan media sosial berbasis lokasi. Pada konferensi internasional bertajuk Mobile Social Communications, perusahaan tersebut menceritakan awal kisah keberhasilan kampanye komersial mereka.
Cerita sukses McDonalds bermula pada bulan April 2010 lalu. Perusahaan bermaskot Ronald McDonalds itu menawarkan 100 buah hadiah spesial yang diundi kepada semua pengunjung, dengan nominal yang cukup murah yaitu USD 5 hingga USD 10 (sekitar Rp 90 ribu). Cara mendapatkannya, pengguna cukup melakukan check-in pada restoran McDonalds bertepatan pada hari FourSquare yang jatuh 16 April 2010.
Dengan mengambil momentum tersebut, pengunjung McDonalds langsung naik 33 persen pada hari itu juga. Tercatat sekitar 600.000 orang telah mem-follow situs-situs media sosial brand besar tersebut setelahnya. Permasalahannya berapa biaya yang dikeluarkan McDonalds untuk menjalankan kampanye tersebut?
McDonalds Cuma Kucurkan Dana Rp 9 Jutaan
Bagi perusahaan skala raksasa seperti McDonalds, kampanye berbasis media sosial seperti ini terbukti sangat efisien. Pasalnya mereka hanya mengeluarkan dana USD 1.000 atau hanya sekitar Rp 9 Jutaan.
Banyak perusahaan lain mungkin belum berpikir seperti McDonalds dalam hal pemanfaatan media sosial di internet. Beberapa dari mereka masih lebih memilih menghabiskan jutaan dollar untuk memasang iklan pada media atau billboard besar di jalan raya.
Walau masih terdapat banyak perdebatan terkait banyaknya pengguna remoter (check-in virtual alias tidak benar-benar berada di lokasi) pada hari tersebut, setidaknya McDonalds tetap mendapat keuntungan dari sisi brand image. Inilah salah satu contoh efisiensi kampanye dengan media sosial.
(Titus/And/dtc)
Awas! Iming-Iming Diskon Jadi Modus Barang Abal-abal
Suhendra - detikFinance
"Mereka juga pakai modus memberikan harga yang sama, tapi ada diskon misalnya 20%. Padahal dari kebijakan kita tak ada diskon," kata Ketua Komunikasi dan Diseminasi Informasi Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Ricky M Safir dalam acara jumpa pers,
Ricky yang juga mewakili produsen kacamata merek Oakley mengakui saat ini harga produk kacamata Oakley asli berkisar Rp 1,5-2 juta. Namun ada saja modus menjual produk Oakley palsu dengan harga yang sama namun ada iming-iming diskon, sedangkan Oakley tak ada kebijakan memberikan diskon.
"Justru kalau dijual sangat murah misalnya Rp 200.000 orang malah curiga," kata Ketua Umum MIAP Widyaretna Buenastuti.
Widyaretna mengatakan saat ini telah banyak dilakukan tindakan-tindakan hukum yang dilakukan olah pelaku industri terhadap pelaku pemalsuan barang termasuk importir. Namun sayangnya kata dia, semuanya berakhir dengan proses yang tidak tuntas.
"Maka kita mendesak perlu ada kesinambungan dalam penegakan hukum. Sehingga para pemalsu, berpikir 10 kali, ini juga untuk mencari efek jeranya," ucapnya.
Sementara itu Kepala Bidang Hukum dan Hubungan Pemerintahan MIAP Ibrahim Senen menambahkan selama ini produk-produk palsu umumnya banyak berasal dari
"Saya pikir tergantung pada industrinya, sebagian besar didominasi oleh
Ia mencontohkan untuk produk garmen umumnya dipalsukan dari pelaku lokal, sementara itu produk-produk mewah (luxery goods) seperti tas, ikat pinggang, dompet bermerek umumnya berasal dari impor. Sementara untuk produk shampoo dilakukan oleh pelaku pemalsu lokal, karena jika diimpor akan lebih mahal harganya.
"Produk yang dipalsu umumnya barang yang laku, distribusinya mudah dan profitnya tinggi. Bisnis pemalsuan itu berapa yang dikejar berapa keuntungan yang diperoleh," katanya.
Berdasarkan hasil studi LPEM UI tahun 2010 menunjukan dampak pemalsuan (counterfeiting) terhadap 12 sektor industri mencapai Rp 37 triliun berdasarkan data tahun 2005. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan hasil dampak pemalsuan 3 tahun sebelumnya (2002) yang hanya mencapai Rp 4,4 triliun atau naik 9 kali lipat.
Sebanyak 12 sektor itu antara lain obat-obatan, minum-minuman non alkohol, pestisida, kulit, rokok, sepatu dan alas kaki, kosmetik, pelumas mesin kendaraan, pompa air, lampu, suku cadang mobil, peralatan kantor, dan elektronik.
Selain itu dari praktek pemalsuan juga telah berdampak pada potensi kehilangan penerimaan negara dari sektor pajak adalah sebesar Rp 202,2 miliar dan pengurangan tenaga kerja sebanyak 124.000 orang.
Ulasan:
Sa;ah satu cara program promosi dalam penjualan barang adalah dengan cara diskon,padahal strategi diskon selain sebagai strategi promosi yang lazim, tetapi sering juga dimanfaatkan oleh pelaku usaha penjual barang palsu untuk mengelabui konsumen segmen atas. Mereka juga pakai modus memberikan harga yang sama, tapi ada diskon misalnya 20%. Padahal dari kebijakan kita tak ada diskon. Widyaretna mengatakan saat ini telah banyak dilakukan tindakan-tindakan hukum yang dilakukan olah pelaku industri terhadap pelaku pemalsuan barang termasuk importir. Namun sayangnya kata dia, semuanya berakhir dengan proses yang tidak tuntas. Produk yang dipalsukan umumnya barang yang laku, distribusinya murah dam profitnya besar. Selain itu praktek pemalsuan juga berdampak pada potensi kehilangan penerimaan negara dari sektor pajak adalah sebesar dan pengurangan tenaga kerja.
Nestle Kembangkan Produk Murah
Rabu, 21 April 2010
JAKARTA (SI) – Nestle menegaskan komitmennya untuk memenuhi kebutuhan konsumen berpenghasilan rendah di Indonesia dengan meluncurkan produk ekonomis melalui bisnis Popularly Positioned Products (PPPs). “PPPs adalah model bisnis Nestle dengan pola penyediaan produk berkualitas tinggi dan bergizi dengan harga terjangkau, “ kata Presiden Direktur PT Nestle Indonesia Arshad Chaudhry di Jakarta kemarin.
Penjualan produk PPPs di dunia diharapkan mencapai USD20 miliar pada beberapa tahun mendatang. Indonesia diharapkan menjadi salah satu pasar yang berkembang paling pesat di Asia Tenggara. Menurut dia, PPPs disesuaikan dalam hal komposisi nutrisi, harga, kemudahan untuk mendapatkannya, serta dalam bentuk kemasan khusus (sachet) agar lebih ekonomis guna memenuhi kebutuhan konsumen berpanghasilan rendah. Arshad menambahkan, PPPs bisa meningkatkan perekonomian setempat.
Ulasan:
Sebagai konsumen tentunya kita menginginkan produk yang berkualitas baik, tetapi tidak harus mahal juga. Akan hal itu Nestle me meluncurkan produk ekonomis melalui bisnis Popularly Positioned Products (PPPs) yaitu produk berkualitas tinggi dan bergizi dengan harga terjangkau, ini dapar menguntungkan masyarakat, apalagi bagi yang berpenghasilan rendah, bisa mendapatkan harga yang murah dan lagi bermutu.