Dampak Krisis Timur Tengah dan Afrika Utara Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia

Rabu, 23 Februari 2011 14:30 WIB

(Vibiznews – Economy) – Revolusi yang melanda Negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini telah memberikan guncangan pada pasar investasi global (23/02). Kondisi revolusi yang diiringi kekerasan dan korban jiwa ini bisa berdampak terhadap ekonomi dunia, termasuk Indonesia.

Kekhawatiran semacam ini bukan tanpa alasan. Pasalnya akibat krisis politik di Mesir saja, harga minyak dunia, terutama yang diperdagangkan di bursa London naik dan sempat menjadi USS 100/ barel. Kenaikan harga minyak ini adalah konsekuensi logis dari krisis politik di Mesir mengingat negara ini menguasai terusan Suez, rute pelayaran kunci untuk minyak dan produk lain seperti gandum, minyak nabati, yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania. Setelah Libya diguncang krisis harga minyak mentah Brent naik mencapai USS 108/ barel.

Saat ini situasi di Mesir mulai terkendali setelah Hosni Mubarak bersedia menyerahkan jabatan sebagai presiden Mesir. Akan tetapi revolusi yang menular ke Libya di mana Muamar Khadaffi telah berkuasa selama 41 tahun justru lebih panas dibandingkan Mesir. Berbeda dengan Mubarak yang masih dapat mengendalikan diri dan berkata-kata diplomatis, tampaknya Khadaffi akan mengandalkan kekerasan untuk melanggengkan kekuasaannya. Ratusan jiwa telah melayang dan tadi malam dalam pidato di jaringan televisi nasional Khadaffi mengumumkan perang kepada rakyatnya sendiri dan berjanji untuk bertahan ‘hingga titik darah penghabisan.’ Kata-katanya tersebut memancing kemarahan yang lebih luas dan kekhawatiran di kalangan investor global.

Dalam hubungannya dengan instrument investasi global, kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi momok bagi pergerakan bursa saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin tegangnya kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Di samping itu kekhawatiran bahwa krisis politik kawasan ini dapat mengikis proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung juga menurunkan harga di sektor pangan. Meskipun demikian tampaknya harga pangan justru akan kembali merangkak naik seiring dengan kenaikan harga komoditas minyak mentah.

Dampak Krisis Timur Tengah dan Afrika Utara Terhadap Indonesia

Dalam konteks dampak terhadap Indonesia, mungkin dalam jangka pendek gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak akan berdampak secara langsung terhadap nilai perdagangan Indonesia. Dari segi keterkaitan pasar yang berdampak langsung ke perdagangan, negara kita tidak akan terpengaruh dengan apa yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Alasannya rasional yaitu, hubungan dagang langsung antara Indonesia dengan Timur Tengah dan Afrika Utara memang sangat kecil. Sejauh ini, pasar ekspor Indonesia lebih banyak mengarah ke kawasan Asia daripada kawasan Timur Tengah.

Akan tetapi gejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara mampu mendorong harga komoditas di pasar global, terutama pangan dan energi. Artinya, krisis Timur Tengah dan Afrika Utara meningkatkan risiko dan premi risiko untuk lalu lintas perdagangan barang global, termasuk negara Indonesia. Tidak hanya itu, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara juga bisa menyebabkan meningkatnya biaya freight dan asuransi kapal. Kenyataan ini jelas mempengaruhi pasar keuangan dunia, termasuk di Asia, sehingga ketidakpastian pasar di negara-negara Asia termasuk Indonesia akan naik.

Di samping potensi kenaikan harga pangan dan minyak mentah dalam jangka pendek, revolusi Timur Tengah dan Afrika Utara akan mengganggu stabilitas pasar keuangan, khususnya aset-aset keuangan dan properti yang berdenominasi Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dengan demikian pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang terkait dengan penanggulangan dan minimalisasi dampak dari krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bentuk konkretnya adalah, pemerintah harus segera menaikkan posisi cadangan pangan dalam negeri dengan cara mengintensifkan peningkatan produksi pangan. Selain itu, untuk mengantisipasi dampak krisis politik di Mesir terhadap perekonomian Indonesia, pemerintah Indonesia harus mengamankan sektor ekspor. Caranya adalah, Indonesia harus melakukan diversifikasi ke pasar Amerika dan Eropa. Selama ini Indonesia lebih menekankan diversifikasi ke pasar Asia, namun tidak menggalakkan ke pasar Amerika dan Eropa. Diversifikasi pasar adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi resesi di Timur Tengah akibat krisis politik di Mesir. Krisis ini bisa menurunkan pertumbuhan negara-negara di Asia karena resesi di negara-negara maju di Timur Tengah.

Ika Akbarwati - Associate Analyst Vibiz Research Center

Ulasan :

Revolusi yang terjadi Timur Tengah berefek pada pasar investasi global, seperti akibat krisis politik di Mesir, harga minyak dunia menjadi naik, namun setelah Presiden Mesin bersedia mundur dari jabatannya. Terlebih lagi revolusi ini menular ke Libya yang keadaannya lebih buruk dari pada di Mesir, akibatnya bursa-bursa saham global menjadi buruk.

Bagi Indonesia, mungkin dalam jangka pendek tidak terlalu berpengaruh terhadap perdangan Indonesia, karena hubungan langsung Indonesia dengan Negara-negara timur tengah sangat kecil, akan tetapi gejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara mampu mendorong harga komoditas di pasar global, terutama pangan dan energi. Untuk itu pemerintah harus segera menaikkan posisi cadangan pangan dalam negeri dengan cara mengintensifkan peningkatan produksi pangan dan juga pemerintah Indonesia harus mengamankan sektor ekspor, yaitu dengan diversifikasi ke pasar Amerika dan Eropa

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Semmy Tyar Armandha mengatakan...

gerakan revolusi di timur tengah memang tidak akan terlalu berefek pada Indonesia setidaknya 1 tahun ke depan. Namun yang perlu kita sadari runtuhnya rezim otoriter menjadikan wacana demokratisasi di timur tengah semakin gencar dan semakin populer. Ini berdampak pada pengelolaan birokrasi yang berujung pada pengelolaan badan usaha perminyakan di negara-negara kawasan tersebut, dan hal ini mengandung konsekuensi apakah setelah demokrasi 'menang' pengelolaan minyak akan semakin baik atau tidak. Kita Indonesia pernah mengalami transisi dari otoritarian menuju demokrasi, hasilnya (meski relatif) membawa kondisi yang lebih tidak teratur dari masa orde baru. Jika itu terjadi di Timur Tengah dan Afrika, praktis pengelolaan minyak akan amburadul, dan kemungkinan 2 hal yang akan terjadi : kelangkaan minyak dunia akibat terbengkalai oleh pemerintah negara setemppat, atau kelangkaan minyak karena dominasi AS di Timur Tengah. Ini bisa terjadi 5-6 tahun mendatang. Siapa tahu?

Posting Komentar