ERP 2



A. Sejarah ERP (enterprise resource planning)

ERP adalah perkembangan lebih lanjut da

ri MRP II. Dari namanya dapat disimpulkan bahwa ERP cakupannya lebih luas dari MRP II. Kedua-duanya menyangkut perencanaan. MRP II adalah perencanaan yang sudah lebih luas dari pendahulunya, yaitu MRP, karena mengintegrasikan perencanaan material dengan perencanaan lain seperti perencanaan bisnis, perencanaan penjualan, perencanaan produksi, dan perencanaan keuangan. Namun bagaimanapun juga M

RP II, seb

agaimana namanya yaitu Manufacturing Resource Planning, masih terfokus dengan perencanaan yang langsung berkaitan dengan manufaktur. ERP, yang kepanjangan dari Enterprise Resource Planning, juga masih mengenai p

erencanaan, tetapi mencakup hal yang lebih luas lagi, tidak hanya bersangkutan secara langsung dengan manufaktur, tetapi mencakup seluruh perusahaan.

Sebagaimana halnya MRP dan MRP II, ERP adalah suatu sistem, baik sebagai suatu sistem perencanaan, maupun suatu sistem informasi. Ole

h karena itu maka ERP sangat erat hubungannya dengan pera

ngkat lunak.

Jadi memang ERP syarat dengan penggunaan teknologi, khususnya mengenai teknologi informasi. Kerancuan pengertian yang disebutkan di depan tidak hanya antara MRP II dan ERP, tetapi juga antara MRP dan MRP II pada saat MRP II mula-mula diperkenalkan. Dalam pengembangan MRP II, sempat timbul istilah BRP, yaitu business resource planning, yang tidak lama bertahan. Yang bertahan dan menjadi populer adalah ERP.

Kemudian ERP berkembang lagi menjadi ERM, yaitu singkatan dari enterprise resource management. Mengenai ERM ini akan dibahas secara tersendiri di belakang. Dalam definisi ERP di atas, kelihatan bahwa ERP merupakan integrasi perencanaan dari berbagai fungsi di dalam perusahaan, yang jauh lebih luas lagi dari integrasi yang dilakukan oleh BPR II. Fungsi-fungsi tersebut termasuk marketing dan penjualan, pelayanan lapangan, desain dan pengembangan produk, desain dan pengembangan proses, pengendalian persediaan, pembelian, distribusi, sumber daya manusia, peramalan, dan sebagainya.

Bukanlah suatu hal yang aneh apabil

a fungsi bisnis yang terintegrasi dalam ERP berjumlah 75 atau lebih. Integrasi dari sekian banyak fungsi bisnis hanya dapat dilakukan dengan baik apabila menggunakan teknologi informasi yang termutakhir. Oleh karena itu, seperti disebutkan di depan, ERP sangat sarat dalam penggunakan teknologi, khususnya teknologi informasi. Kemampuan sistem untuk mengintegrasikan beberapa sampai banyak fungsi bisnis dimungkinkan oleh penggunaan dan pengembangan teknologi komputer.

B. Teknologi ERP

Implementasi sistem informasi yang ada dalam organisasi bisnis dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yang berbasis enterprise. Implementasi sistem informasi yang berbasis enterprise ini seringkali disebut sebagai Enterprise Resource Planning (ERP). Akronim dar

i ERP ini memang jika dilihat tidak menggambarkan makna yang sebenarnya, yakni resource dan planning, hanya ka

ta enterprise yang sangat mewakili konsep dari ERP. Seperti yang apa telah kita ketahui, pengambilan keputusan strategis memerlukan data aktual internal perusahaan yang bisa di peroleh dengan cepat, tepat dan efisien. Kondisi ini didapatkan dengan mengadopsi teknologi yang dapat mengintegrasikan bagian-bagian pada perusahaan. Aplikasi ERP me

mungkinkan terjadinya integr

asi data dalam keseluruhan organisasi bisnis, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan untuk mengambil keputusan.

(gambar 1: traditional view of system)


(gambar 2: non-traditional view of system)


Pada gambar di atas adalah perbandingan dua pendekatan implementasi sistem informasi dalam sebuah organisasi bisnis, yakni pendekatan tradisional (gambar 1) dan pendekatan enterprise (gambar 2). Keuntungan pendekatan enterprise akan memudahkan pengambilan keputusan yang lebih relevan. Mengapa dapat dikatakan lebih relevan? Hal ini dikarenakan ERP memampukan user (pihak manajemen maupun owner) untuk melihat keadaan organisasi secara keseluruhan lalu berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dan berdasarkan itu oleh pihak manajemen atau pemilik.

Berbeda halnya jika organisasi menggunakan pendekatan tradisional, dalam kasus ini pihak manajemen maupun pemilik tidak dapat melihat keseluruhan keadaan organisasi sebagai satu kesatuan, namun informasi yang didapatkan seringkali hanya berbicara mengenai department-by-departement. Namun seringkali pertanyaan muncul, ”apakah dengan pendekatan tradisional, integrasi informasi tidak dapat dilakukan?” Jawabannya, tentu saja bisa, namun kembali lagi, membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga seringkali informasi yang dihasilkan tidak berguna lagi (out of date) untuk mengambil keputusan secara cepat dan akurat.

C. Susunan Sistem ERP

Banyak dari sistem ERP berdasarkan pada client-server model. Secara singkat client-server model adalah bentuk dari topologi jaringan yang mengakses program ERP dan data oleh komputer pengguna melalui host computer yang disebut dengan server. Computer server tersentralisasi sedangkan klien (user) biasanya terletak pada berbagai lokasi di dalam perusahaan. Terdapat dua dasar susunan sistem ERP yaitu the two-tier model and the three-tier model.

ó two-tier model

pada tipe ini server mengendalikan baik tugas aplikasi maupun tugas database, computer klien bertanggung jawab untuk mempresentasikan data kepada pengguna dan menginput kembali data ke server. Beberapa vendor ERP menggunakan pendekatan ini untuk aplikasi local area network (LAN) dimana permintaan pada server dibatasi hanya untuk sebagian kecil pengguna.

ó three-tier model

pada model ini database dan fungsi aplikasi dipisahkan. Susunan ini adalah tipe dari sistem ERP yang besar yang digunakan Wide Area Network (WAN) untuk menghubungkan antara pengguna-pengguna. Pemuas permintaan klien membutuhkan dua atau lebih koneksi jaringan hal pertama yang dilakukan adalah klien membangun komunikasi dengan aplikasi server, kemudian aplikasi server mengajukan koneksi kedua ke database server.

D. Data Warehousing (Penyimpanan Data)

Data Warehousing adalah sangat berperan dalam penerapan sistem ERP. Sebuah data warehouse adalah gabungan atau multi gabungan dataase yang dapat menimpan ribuan Gigabyte bahkan Terabyte pada disk storage. Proses-proses dari data warehousing mencakup extracting (penyaringan), converting (perubahan), dan standardizing (standarisasi) sebuah data operasional organisasi dari sistem ERP dan sistem terdahulu dan mengarsipkannya.

Banyak organisasi (perusahaan) mengimplementasikan sebuah data warehouse sebagai bagian dari strategi IT yang melibatkan sistem ERP. Keberhasilan implementasi data warehouse mencakup pemasangan proses untuk menyatukan data, mengorganisasikannya menjadi informasi yang berarti, dan mengirimkannya untuk evaluasi. Proses data warehousing mempunyai bagian-bagian pokok yaitu :

ó Modeling data for data warehouse

ó Extracting data from operational databases

ó Cleansing extracted data

ó Transforming data into warehouse model

ó Loading the data into the data warehouse database


Ref : Tarigan, Josua. 2009.ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP): DAMPAK DALAM PENDIDIKAN, PROFESI AKUNTAN DAN AUDITOR.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

andry yudha prawira mengatakan...

based on the ERP article, the research could be a reference link below

http://repository.gunadarma.ac.id:8000/207/1/Application_Lintang_Yunufa(4)52_55.pdf
thank you

Posting Komentar