Indonesia Siap Dapatkan Hibah US$ 1 Miliar

TEMPO Interaktif, Washington DC - Wakil Presiden Boediono, pukul 10.00 waktu Washington DC, Senin (12/4), bertemu dengan Daniel W. Yohannes, Chief Executive Officer (CEO) Millenium Challenge Corporation (MCC), di Wisma Indonesia, Tilden Street, Washington DC, Amerika Serikat.

Dalam pertemuan hampir setengah jam tersebut dibahas upaya percepatan penerimaan hibah yang segera dikucurkan MCC bagi Indonesia. "Hibah ini akan akan diarahkan untuk pelbagai program kita sendiri dan menjadi suplemen tambahan bagi pembiayaan pembangunan," kata Boediono kepada pers.

MCC adalah badan independen milik pemerintah federal AS yang berdiri di era Presiden George W. Bush Jr. Tugas badan independen ini adalah membantu negara-negara berkembang melalui pemberian dana hibah dengan sejumlah pra-kondisi yang ditetapkan sebagai indikator penilai kelayakan mendapat bantuan.

Indikator itu di antaranya termasuk tata laksana pemerintahan yang baik melalui serangkaian tindakan pemberantasan korupsi, pengurangan angka kemiskinan, dan perbaikan sarana kesehatan.

Pada Desember 2008, MCC menyatakan bahwa Indonesia layak (legible) mendapatkan Compact Program dari Badan itu, berupa dana hibah untuk investasi dalam kerangka pemberantasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.

Ini adalah hasil perundingan dan lobi Pemerintah karena oleh MCC Indonesia tadinya mulai diperhitungkan sebagai negara berpenghasilan menengah. Konsekuensinya, jika masuk dalam kategori ini, Indonesia tidak lagi layak mendapatkan dana hibah MCC.

Pertemuan Wapres Boediono dengan Yohannes membahas upaya percepatan agar pelaksanaan bantuan bagi Indonesia itu benar-benar terwujud. Yohannes datang bersama Darius Teter, Acting Vice President MCC, Jerry Roche, Compact Director MCC, dan Jerry Dutkewich, Direktur MCC.

Indonesia juga harus bersaing dengan negara-negara lain untuk mendapatkan bantuan. Setiap negara bisa mendapatkan bantuan hibah maksimal US$ 1 miliar dari MCC. "Saingan kita di antaranya Zambia dan Kolombia," kata Wapres.

Dalam kesempatan itu Yohannes menegaskan keinginan agar Indonesia dan MCC bisa menandatangani kesepakatan awal pada Juni 2010 ini, berbarengan dengan kedatangan Obama di Indonesia. MCC menawarkan ada hibah awal senilai US$ 14 juta yang mereka sebut sebagai pre-compact program.

Hibah ini khusus bisa untuk membiayai studi kelayakan, penelaahan yang mendalam, penyusunan analisis dampak lingkungan terhadap proyek-proyek yang akan mendapatkan pendanaan dari MCC.

Persiapan proyek yang lebih seksama ini sangat krusial karena MCC dibatasi oleh undang-undang hanya boleh memberi hibah untuk sebuah proyek yang pasti akan selesai dalam waktu lima tahun. "Berbagai analisis dan studi itu perlu untuk memastikan bahwa proyeknya layak dan bisa selesai dalam lima tahun," kata Darius Teter.

Ulasan:

MCC adalah badan independen yang bertugas membantu negara-negara berkembang melalui pemberian dana hibah dengan sejumlah pra-kondisi yang ditetapkan sebagai indikator penilai kelayakan mendapat bantuan. Indikator itu di antaranya adalah tata laksana pemerintahan yang baik yaitu seperti tindakan pemberantasan korupsi, pengurangan angka kemiskinan, dan perbaikan sarana kesehatan. Pada Desember 2008, MCC menyatakan bahwa Indonesia layak (legible) mendapatkan Compact Program dari Badan itu, berupa dana hibah untuk investasi dalam kerangka pemberantasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi. Namun, Indonesia mulai diperhitungkan sebagai negara berpenghasilan menengah. Konsekuensinya, jika masuk dalam kategori ini, Indonesia tidak lagi layak mendapatkan dana hibah MCC. Untuk mendapatkan hibah ini Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain di antaranya Zambia dan Kolombia. Setiap negara bisa mendapatkan bantuan hibah maksimal US$ 1 miliar dari MCC.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar