(Vibiznews – Business) – Inflasi. Inflasi merupakan sebuah konsekuensi wajar dari pertumbuhan ekonomi yang sehat. Seiring dengan bertumbuhnya ekonomi dan kenaikan daya beli masyarakat, maka kenaikan harga merupakan kondisi yang pasti terjadi. Akan tetapi inflasi dapat menjadi momok yang menakutkan apabila kondisi ini didasari sebuah ekspektasi yang tidak disertai oleh peningkatan daya beli secara riil, sehingga kenaikan harga akan menjadi beban bagi konsumen. (05/04)
Inflasi dapat menjadi hal yang positif dan negatif, bagaikan sebuah pisau bermata dua. Bagaimana inflasi dipandang tidak lepas dari seberapa besar, seberapa lama, dan kapan terjadinya. Hal yang negative yang berkaitan dengan inflasi adalah turunnya daya beli uang yang beredar di masyarakat, sehingga secara langsung menurunkan daya beli konsumen itu sendiri. Dalam kasus yang ekstrim, konsumen akan cenderung tidak melakukan konsumsi dan memilih untuk menyimpan uang jika dikhawatirkan terjadi kenaikan harga yang terus-menerus. Sisi positif dari inflasi adalah menurunkan nilai riil utang, atau secara umum menyediakan pembebasan terhadap utang.
Pengangguran Tinggi Kok Bisa Inflasi?
Lalu bagaimana kita mengukur tingkat dan jangka waktu inflasi sehingga kita dapat memutuskan apakah inflasi akan menjadi hal yang positif atau negative? Inflasi pada dasarnya adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode tertentu. Di berbagai negara inflasi diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Di AS sendiri pada saat ini telah terjadi perdebatan apakah negara ini sedang mengalami inflasi atau deflasi. Dengan tingkat pengangguran yang mencapai angka 9.7% (terburuk sejak bulan Februari 1983), dan utilitas kapasitas produksi yang hanya sebesar 72.7% (7.9% di bawah rata-rata utilitas kapasitas produksi di periode 1972 – 2000), terdapat pemikiran bahwa inflasi adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Jika tingkat pengangguran tinggi dan produksi rendah, makan supply dan demand pasti rendah. Dengan kondisi ini tidak ada yang menyebabkan kenaikan harga. Lalu bagaimana mungkin terjadi inflasi dari kondisi yang demikian?
Di AS sendiri pemerintah memiliki indikator inflasi yang diukur dengan cara yang berbeda dengan IHK. Fed mengukur inflasi inti, yaitu inflasi yang menghilangkan harga makanan dan energy di dalam perhitungannya. Cara ini ditujukan untuk menghilangkan volatilitas jangka pendek. Akan tetapi kenyataannya makanan dan energy merupakan 36% dari konsumsi total masyarakat. Dengan dihilangkannya makanan dan energy memang inflasi terlihat lebih jinak, akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan kenyataan sehingga daya beli masyarakat tetap saja jauh lebih rendah dibandingkan yang tercermin dari hasil pengukuran inflasi initi ini.
Meskipun banyak argument yang menyatakan bahwa inflasi masih berada jauh di luar jalur, akan tetapi tampaknya kita harus menghadapi kenyataan bahwa inflasi sudah menjadi ancaman lagi bagi proses pemulihan ekonomi global. Rilis data inflasi dari beberapa negara maju di dunia memberikan bukti bahwa inflasi sedang terjadi. Sebagian besar negara angota G20 melaporkan bahwa tingkat inflasi di masing-masing negara berada di atas normal.
Bukti-Bukti Data Tunjukkan Bahwa Inflasi Sebuah Realita
Pergerakan valuta asing dan obligasi pemerintah di AS juga telah menunjukkan sinyal inflasi yang makin cepat selama beberapa bulan belakangan. Dengan menguatnya nilai tukar dolar dan penurunan harga obligasi pemerintah AS inflasi merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Di samping itu swap antara tingkat suku bunga fixed dan floating juga telah mengalami pergerakan dan mencapai posisi negative untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.
Kondisi negatifnya swap antara tingkat bunga fixed dan floating ini merupakan indikasi bahwa para pelaku pasar mengharapkan kenaikan tingkat suku bunga floating. Hal ini disebabkan oleh spekulasi bahwa Fed akan makin fokus kepada penanggulangan inflasi sehingga kemungkinan besar suku bunga acuan FFR akan segera dinaikkan.
Pada pasar obligasi pemerintah terjadi kenaikan yield obligasi berjangka waktu 30 tahun dari 3.73% menjadi 4.72% selama satu tahun terakhir. Kenaikan ini tidak hanya terjadi pada obligasi jangka panjang, akan tetapi juga terjadi pada obligasi jangka pendek. Kenaikan ini tetap terjadi meskipun Fed menetapkan target yield onligasi pada kisaran 0 – 0.25%. Dengan kata lain kenaikan yield obligasi ini merupakan indikasi bahwa inflasi sedang berlangsung.
Secara garis besar saat ini bukti-bukti bahwa inflasi mulai mengancam tidak dapat lagi disembunyikan. Meskipun pemerintah dapat merekayasa statistik sesuai dengan kepentingannya, akan tetapi pasar tidak dapat direkayasa. Berdasarkan bukit-bukti yang telah dipaparkan sebelumnya kita dapat menyimpulkan bahwa inflasi sudah menjadi hal yang harus ditanggulangi dengan segera.
Kesimpulan:
Inflasi dapat menjadi suatu yang positif dan negatif. Inflasi merupakan sebuah konsekuensi wajar dari pertumbuhan ekonomi yang sehat. Seiring dengan bertumbuhnya ekonomi dan kenaikan daya beli masyarakat, maka kenaikan harga merupakan kondisi yang pasti terjadi. Sisi positif dari inflasi adalah menurunkan nilai riil utang, atau secara umum menyediakan pembebasan terhadap utang. Namun inflasi dapat menjadi suatu hal yang menakutkan bila kondisi ini tidak disertai oleh peningkatan daya beli secara riil, sehingga kenaikan harga akan menjadi beban bagi konsumen.
0 comments:
Posting Komentar